Viralnya boneka Labubu akhir-akhir ini menjadi simbol dari “Lipstik Effect” di mana barang mewah kecil tetap diminati sebagai pelarian di tengah krisis ekonomi. Meski tergolong barang tersier, koleksi ini tetap diburu oleh kelas menengah sebagai bentuk hiburan dan penanda status sosial.
Apa itu “Lipstick Effect”
Fenomena “Lipstick Effect” mengacu pada teori bahwa ketika ekonomi sedang sulit, masyarakat cenderung membeli barang-barang mewah yang terjangkau, seperti kosmetik, untuk mendapatkan kepuasan emosional sementara.
Konsep ini pertama kali diusulkan Juliet Schor dalam bukunya The Overspent American (1998) dan semakin dikenal luas pada tahun 2001 oleh Leonard Lauder, pewaris Estee Lauder, yang mencatat adanya peningkatan penjualan lipstik setelah tragedi 9/11 yang mengguncang ekonomi AS.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam masa-masa sulit, perempuan cenderung membeli kosmetik seperti lipstik merek mewah sebagai cara untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka yang bisa berdampak ke karier atau bisnis. Menurut Colleen Kirk, profesor pemasaran di Institut Teknologi New York, ketika ekonomi melambat, pengeluaran untuk kosmetik justru meningkat.
Oke fenomena munculnya istilah lipstick effect di atas didasari dari sisi ekonomi, karena saya dari Psikologi maka kita akan ulas Bagaimana sih fenomena lipstick effect ini dari sisi psikologis?
Fenomena Lipstick Effect dari sisi Psikologis
Fenomena ini dapat dijelaskan dari beberapa perspektif psikologis:
Kompensasi Psikologis: Di masa ketidakpastian atau stres, orang cenderung mencari cara untuk merasa lebih baik. Membeli barang-barang kecil seperti kosmetik adalah cara yang lebih terjangkau untuk meningkatkan suasana hati dibandingkan dengan pengeluaran besar seperti barang-barang mewah.
Meningkatkan Kepercayaan Diri: Kosmetik, terutama lipstik, bisa memberikan efek positif terhadap citra diri. Menggunakan produk kecantikan dapat meningkatkan rasa percaya diri, yang sangat dibutuhkan selama masa-masa sulit.
Simbol Ketahanan: Lipstick Effect juga dapat dipandang sebagai simbol ketahanan dan kekuatan, terutama bagi perempuan. Dengan tetap merawat penampilan di saat sulit, seseorang menunjukkan keteguhan untuk terus maju dan bertahan.
Hedonisme Terjangkau: Ketika orang tidak mampu membeli barang-barang mahal seperti pakaian atau mobil, mereka tetap ingin memanjakan diri dengan cara yang lebih terjangkau. Lipstik adalah salah satu produk yang memberikan rasa kemewahan tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Nah apakah kamu termasuk terkena “lipstic effect” ini, dan perspektif psikologis mana yang sesuai dengan dirimu? Please leave di comment 😊
Selanjutnya kita bahas tentang sosok si “Labubu” yang lagi viral ini nih.
Yang belum tau soal Labubu apa sih dan kenapa saya sampaikan mirip boomingnya seperti lipstic effect ini, jadi Labubu merupakan boneka yang sedang viral belakangan ini, viralnya boneka Labubu ini tak lepas dari peran publik figure yang turut mempopulerkannya di media sosial yakni Lisa BLACKPINK, saya gak akan ulas mendalam labubu silakan kalau mau membaca siapa sih pencipta labubu dan macam-macamnya bisa cek di https://wolipop.detik.com saya lanjut akan ulas Labubu ini dari sisi psikologis.
Apa sih bedanya Lipstick effect dan Labubu ini dari sisi Psikologis?
Labubu (dari Sisi Psikologis)
Labubu adalah karakter mainan vinyl yang cukup populer di kalangan kolektor. Diciptakan oleh seniman asal Jepang, Labubu memiliki tampilan yang unik dan sering diidentifikasi dengan ekspresi aneh atau lucu. Jika melihat fenomena Labubu dari sisi psikologis, terutama dalam konteks perilaku kolektor, ada beberapa poin yang bisa dipertimbangkan:
Nostalgia dan Emosionalitas: Banyak kolektor yang tertarik pada mainan atau barang-barang koleksi karena faktor nostalgia. Mengumpulkan karakter seperti Labubu bisa memberikan rasa kebahagiaan yang terkait dengan masa kecil atau pengalaman positif di masa lalu.
Identitas dan Ekspresi Diri: Mengoleksi karakter unik seperti Labubu bisa menjadi cara seseorang mengekspresikan identitas dirinya. Mainan ini mencerminkan kepribadian yang kreatif, quirky, atau non-mainstream, yang mungkin ingin ditunjukkan oleh kolektornya.
Kepuasan Kepemilikan: Ada rasa kepuasan yang diperoleh ketika seseorang berhasil memiliki item yang langka atau eksklusif. Dalam konteks psikologis, hal ini terkait dengan motivasi pencapaian (achievement) dan penghargaan diri (self-reward).
Pelarian dari Realitas: Karakter seperti Labubu yang tampak fantastis dan imajinatif sering kali menawarkan pelarian sementara dari realitas sehari-hari. Orang yang membeli atau mengoleksi mainan seperti ini mungkin mencari kenyamanan atau hiburan dari dunia imajinatif yang berbeda dari kehidupan nyata mereka.
Interaksi Sosial: Banyak penggemar dan kolektor mainan vinyl seperti Labubu bergabung dalam komunitas yang kuat. Ini memberikan peluang untuk interaksi sosial, berbagi minat, dan mendapatkan validasi dari kelompok yang memiliki minat serupa.
Secara keseluruhan, baik Lipstick Effect maupun ketertarikan terhadap Labubu dapat dijelaskan oleh keinginan manusia untuk meredakan stres, mendapatkan validasi sosial, dan mencari kenyamanan emosional di tengah tantangan hidup atau ketidakpastian.
Apakah kamu salah satunya yang ingin punya Labubu, atau bahkan sudah punya Labubu? Dan bagaimana kabar kamu, I hope everything is good 😊 yuk share