
Bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga perjalanan mendalam menuju keseimbangan jiwa. Di awal bulan suci ini, ada momen transisi yang sering kali mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Perubahan pola makan, rutinitas ibadah, hingga waktu tidur membawa tantangan baru, namun di balik itu semua terdapat kesempatan emas untuk memperkuat kesehatan mental.
Secara psikologis, Ramadhan mengajarkan self-control dan mindfulness. Puasa melatih individu untuk mengelola emosi, menunda kepuasan, dan meningkatkan kesadaran akan diri sendiri. Saat perut kosong, pikiran sering kali lebih peka terhadap perasaan dan lingkungan sekitar, membuka ruang untuk introspeksi dan perenungan.
Bulan ini juga menjadi waktu di mana solidaritas sosial meningkat. Kebiasaan berbagi dan berempati terhadap sesama terbukti mampu meningkatkan hormon kebahagiaan seperti oksitosin, yang berperan penting dalam menciptakan perasaan tenang dan bahagia.
Namun, tak sedikit pula yang mengalami stres atau perubahan suasana hati di awal Ramadhan. Adaptasi terhadap ritme baru membutuhkan waktu, dan penting bagi setiap individu untuk memberikan ruang bagi diri sendiri dalam berproses. Membuat jadwal yang teratur, menjaga komunikasi dengan orang terdekat, dan memperbanyak momen refleksi adalah beberapa cara menjaga kesehatan mental selama menjalani ibadah puasa.
Menurut tokoh psikologi perkembangan Hurlock (2005) mengatakan individu yang memilki kontrol diri (self control) memiliki kesiapan diri untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma, adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tuntutan lingkungan masyrakat di mana ia tinggal, emosinya tidak lagi meledak-ledak dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat tepat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima.
Sedangkan Mindfulness adalah sesuatu yang muncul ketika memberikan perhatian, dengan tujuan, pada saat ini, tanpa menghakimi dan seolah-olah hidup bergantung pada itu. Dan hal yang muncul ialah tiada yang lain selain kesadaran.
Beberapa Penelitian sebelumnya dari Friese, Ostafin, dan Loschelder (2016) menunjukkan bahwa
mindfulness mampu meningkatkan kemampuan self control, disiplin diri, dan menurunkan reaksi emosional.
Di awal bulan yang penuh rahmat ini, mari menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk membersihkan hati, menata pikiran, dan memperkuat keseimbangan diri. Karena pada akhirnya, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga tentang menemukan ketenangan dalam setiap pengendalian diri. Selanjutnya bagi yang ingin mengetahui bagaimana cara meningkatkan self control dan melatih mindfulness bisa ikuti pelatihannya atau melalui sesi konseling dengan contact kami :).